Minggu, 08 Juni 2014

BAB 1 SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU


A. Definsi Sosiologi

     Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis, sekaligus sosiolog berkebangsaan Prancis, Auguste Comte melalui sebuah karyanya yang berjudul Cours de Philosophie Positive. 
Secara etimologis (asal kata), sosiologi berasal dari kata socius (teman) dan logos (ilmu). Jadi, secara harfiah (terjemahan) sosiologi berarti ilmu yang membicarakan atau membincangkan pergaulan hidup manusia. Pengertian tersebut akhirnya diperluas menjadi ilmu penetahua yang membahas dan mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat.


B. Latar Belakang Lahirnya Sosiologi

     Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain. Sejak abad pencerahan (ke-17 M), terjadi sejumlah perubahan besar di dunia, terutama di Eropa. Akan tetapi, perubahan yang revolusioner terjadi sepanjang abad ke-18 M. Perubahan itu dikatakan revolusioner kareba dengan cepat struktur /tatanan masyarakat lama berganti dengan struktur yang baru. Revolusi sosial terjadi sepanjang abad ke-18 itu, paling jelas tampak dalam Revolusi Amerika, Revolusi Industri di Inggris, dan Revolusi Prancis. Ketiga revolusi itu berpengaruh di seluruh dunia. Gejolak abad revolusi itu menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarkat harus dapat dianalisis. Mereka menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial, dan berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Untuk membangun teori itu, perhatian mereka tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban dari masa ke masa.
     Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu dicetuskan pertama kali oleh filsuf Prancis bernama Auguste Comte pada 1842, dalam bukunya Cours de Philosophie Positive. Comte lantas dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Dalam buku tersebut Comte untuk pertama kalinya memperkenalkan "positivisme" untuk memahami terjadinya perubahan dalam masyarakat.


C. Tahapan Berpikir Menurut Comte

     Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada  tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.
3 tahapan tersebut, yaitu:

  1. Tahap Teologis,
    adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.
  2. Tahap merafisis,
    pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
  3. Tahap Positif,
    adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Sehubungan dengan pandangan ini maka kemudian muncul istilah "positivisme", yang kemudian berkembang menjadi paham yang dominan pada masanya, dan Comte dikenal pula sebagai tokoh pencetusnya.

D. Sifat Sosiologi

  1. Empiris,
    karena dalam melakukan kajian tentang masyarakat, sosiologi didasarkan pada hasil-hasil observasi, tidak spekulatif (untung-untungan), dan hanya menggunakan akal sehat (common sense).
  2. Teoritis,
    karena sosoiologi berusahan menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi adalah kerangka dari unsur-unsur yang didapat dalam observasi, disusun secara logis serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat.
  3. Kumulatif,
    karena teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya, dalam arti teori-teori baru selalu memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori lama. 
  4. Non-etis,
    karena yang dilakukan sosiologi bukan mencari baik-buruknya suatu fakta, melainkan menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis.

E. Objek Sosiologi

     Objek sosiologi adalah masyarkat. Sosiologi lebih berfokus pada hubungan antar manusia dan proses yang terjadi dalam hubungan tersebut dalam masyarkat. Ada beberapa unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat, yaitu beberapa hal sebagai berikut.
  1. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif sama. Di dalamnya manusia saling mengerti, merasa, dan mempunyai harapan-harapan sebagai akibat dari hidup bersama tersebut. Terdapat sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam masyarakat tersebut.
  2. Manusia yang hidup bersama tersebut merupakan satu kesatuan.
  3. Manusia yang hidup bersama tersebut merupakan suatu sistem hidup bersama. 

F. Pokok Bahasan Sosiologi
  1. Emile Durkheim,
    pokok bahasan sosiologi adalah fakta sosial. Fakta sosial adalan pola-pola atau sistem yang mempengaruhi cara manusia bertindak, berpikir, dan merasa. Fakta sosial tersebut berada di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa dan mengendalkan individu tersebut
  2. Max Weber,
    pokok bahasan sosiologi adalah tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
  3. Wright Mills,
    pokok bahasan sosiologi adalah khayalan sosiologis. Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Dengan khayalan sosiologis, kita mampu, memahami sejarah, masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antarkeduanya.
  4. Peter L. Berger,
    pokok bahasan sosiologi adalah realitas sosial. Realitas sosial diperlukan seorang sosiolog untuk menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir dan bukan merupakan sesuatu yang ada begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar